[Enter Post Title
Here]
Definisi Penalaran
Bernalar yaitu proses berpikir yang
menghasilkan suatu pengertian dalam pembahasan suatu masalah yang dilakukan
secara logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan
sampai dengan kesimpulan. Selain itu Penalaran penalaran dapat diartikan
menghubung-hubungkan fakta atau data, menganalisis suatu topik yang
menghasilkan suatu pengertian sampai dengan suatu kesimpulan.
Jenis-Jenis Penalaran
Penalaran
terbagi menjadi dua yaitu:
1.
Penalaran Induktif
Penalaran
Induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data,
pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini
dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat
khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam: generalisasi,
analogi, dan hubungan kausal.
1.
Generalisasi
adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala
yang bersifat khusus, serupa, atau sejenis yang disusun secara logis dan
diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Jika
dipanaskan, besi memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, emas memuai.
Jadi,
jika dipanaskan, logam memuai.
Sahih
atau tidak sahihnya simpulan dari generalisai itu dapat dilihat dari hal-hal
berikut ini.
·
Data harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan, maka sahih
simpulan yang diperoleh.
·
Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan
simpulan yang sahih.
·
Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus
tidak dapat dijadikan data.
2.
Analogi
adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai
sifat yang sama.
Contoh:
Nina
adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, ali dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan
penalaran secara analogi adalah sebagai berikut.
·
Analogi dilakukan untuk meramalkan sesuatu.
·
Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
·
Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
a. Hubungan
kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gekaja-gejala yang saling berhubungan.
Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita
sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, terdapat tiga hubungan masalah yaitu sebagai berikut.
a. Sebab-Akibat
Sebab-akibat
ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A
menyebabkan B,C,D dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap
penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Contoh:
Andaikan
angin itu tiba-tiba bertiup (A), dan hujan tiba-tiba turun (B), ternyata tidak
sebuah mangga pun yang jatuh (E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya
buah mangga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak (C).
Pola seperti itu dapat
kita lihat pada rancangan berikut.
Angin hujan lemparan mangga jatuh
(A)
(B) (C) (E)
Angin, hujan mangga tidak jatuh
(A)
(B)
(E)
Oleh sebab
itu, lemparan anak menyebabkan mangga jatuh
(C) (E)
Pola-pola seperti itu sesuai pula
dengan metode agreement yang berbunyi sebagai berikut. Jika dua kasus atau
lebih dalam satu gejala mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang dapat
mengakibatkan sesuatu, kondisi itu dapat diterima sebagai penyebab sesuatu
tersebut.
Teh, gula, garam menyebabkan kedatangan surat
(A)
(B) (R) (Y)
Gula, lada, bawang menyebabkan kedatangan semut
(Q)
(S) (U) (Y)
Jadi, gula
menyebabkan kedatangan semut.
(Q) (Y)
b. Akibat-Sebab
Akibat-sebab
ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter
merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan
tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan
simpulan.
c. Akibat-Akibat
Akibat-akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai
berikut.Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola
itu dapat dilihat sebagai berikut ini.
Hujan menyebabkan tanah becek
(A)
(B)
Hujan menyebabkan jemutran basah
(A)
(C)
Dalam
proses penalaran, “akibat-akibat”, peristiwa tanah becek (B) merupakan data,
dan peristiwa kain jemuran basah (C) merupakan simpulan.
Jadi,
karena tanah becek, pasti kain jemuran basah.
(B)
(C)
2.
Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif adalah proses berfikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang
bersifat umum, disertai pembuktian khusus,dan diakhiri kesimpulan khusus yang
berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Simpulan yang diperoleh
tidak mungkin lebih umum daripada proposisi temoat menarik kesimpulan itu.
Proposisi tempat menarik simpulan itu disebut premis. Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis
berdasarkan teknik pengembangannya maupun uraian isinya. Dalam penarikan
simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat
pula dilakukan secara tidak langsung.
a.
Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan
secara langsung dapat ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang
ditarik dari dua premis disebut simpulan taklangsung.
Misalnya:
1.
Semua S adalah P. (premis)
Semua P
adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan.
(simpulan)
2. Tidak
satu pun S adalah P. (premis)
Tidak
satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak
seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak
seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
3. Semua
S adalah P. (premis)
Tidak
satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua
rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu
pun rudal adalah senjata tidak berbahaya (simpulan)
4. Tidak
satu pun S adalah P. (premis)
Semua
S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak
seekor pun harimau adalah singa. (premis)
Semua
harimau adalah bukan singa. (simpulan)
5. Semua
S adalah P. (premis)
Tidak
satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak
satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua
gajah adalaah berbelalai. (premis)
Tidak satu
pun gajah adalah tak berbelalai. (simpulan)
Tidak satu
pun yang berbelalai adalah gajah. (simpulan)
b. Menarik
Simpulan secara Tidak Langsung
Penalaran deduksi yang berupa penarikan
simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua
premis ini kana dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis
yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung
ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan
yang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan
berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua
pohon kelapa berakar serabut.
Beberapa jenis penalaran deduksi dengan
penarikan secara tidak langsung sebagai berikut.
a)
Silogisme kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme kategorial
adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan
premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut
premis mayor, dan premis yang
bersifat khusus disebut premis minor.
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor, dan predikat simpulan
disebut term mayor.
Contoh:
Semua
manusia bijaksana
Semua
polisi adalah manusia
Jadi,
semua polisi bijaksana.
Untuk
menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor
dan premis minor. Term penengah pada silogisme diatas ialah manusia term penengah hanya terdapata
pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada,
simpulan dapat diambil.
Contoh:
Semua
manusia tidak bijaksana.
Semua kera
bukan manusia.
Jadi,
(tidak ada simpulan).
Aturan
umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut.
·
Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term
menengah.
Contoh:
Semua
atlet harus giat berlatih.
Xantipe
adalaah seorang atlet.
Xantipe
harus giat berlatih.
Term minor
= xantipe
Term mayor =
harus giat berlatih
Term
menengah = atlet
Kalau
lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh:
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
Dalam
premis ini terdapat empat term yaitu gambar,
menempel di dinding, dan dinding
menempel di tiang.
·
Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan
simpulan.
·
Dua premis yang negatif tidak dapat mengghasilkan simpulan.
Contoh:
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
·
Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua gajah berbelelei.
Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
·
Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
·
Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
Jadi....
(tidak ada simpulan)
·
Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian mahasiswa adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
·
Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik
satu simpulan.
Contoh:
Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi....
(tidak ada simpulan)
b) Silogisme
Hipotesis
Silogisme
hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor dan berproposisi
kondisional hipotesis.
Kalau
premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konskuen. Kalau
premis minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konskuen.
Contoh:
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan
memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.
c) Silogisme
Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif,
simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang profesor.
d) Entimen
Sebenarnya
silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang
dikemukakan hany premis minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, ali adalah orang cerdas.
Dari
silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali orang cerdas karena dia seorang sarjana”.
Beberapa
contoh entimen:
Dia
menerima hadiah pertama karena dia telah menang sayembara itu.
Dengan
demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga
dapat diubah menjadi silogisme.
Sumber : http://pintarbahsa.blogspot.com/2012/11/penalaran-dalam-karangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar