Tema : Transformasi
Lingkungan Hidup Masyarakat Yogyakarta
Judu : RELEVANSI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA ASING DI
Judu : RELEVANSI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA ASING DI
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DENGAN PELESTARIAN
BUDAYA DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA YOGYAKARTA.
Pengarang : Dra.
Hermayati, S.Pd,M.Pd.
Latar Belakang :
Latar Belakang :
Kota Yogyakarta dikenal sebagai 'Kota Budaya' dan 'Kota Pariwisata'. Hal ini merupakan salah satu asset daerah yang dapat 'dijual' terutama pad turis mancanegara untuk meningkatkan pendapatan daerah demi kesejahteraan masyarakat. Salah satu alternative untuk mewujudkannya adalah dengan meningkatkan kualitas SDM, termasuk penguasaan bahasa inggris terapan (English use). Masalahnya, penguasaan bahasa Inggris SDM Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara-negar ASEAN lain (Madya, 2003: 1; Gunawan, 2004: 11-12; Ismail, 2002:1).
Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata ke-tiga setelah Bali dan Jakarta perlu SDM berkualitas untuk meningkatkan pendapatan daerah secara signifikan. Pemerintah kota dan seluruh elemen masyarakat termasuk para guru bahasa Inggris, pantas berusaha keras demi terwujudnya cita-cita tersebut. Idealnya, pembelajaran bahasa Inggris mengacu pada kebutuhan daerah sebagai users (Richards, 2001;7).
Permasalahannya adalah, hingga saat ini masih banyak sekolahan yang belum mempertimbangkan hal tersebut akibat kurangnya kesadaran dan minimnya informasi yang diperoleh stakeholders menyangkut pengembangan pariwisata dan pelestarian budaya melalui proses pembelajaran bahasa Inggris.
Peningkatan mutu pembelajaran bahasa Inggris dengan mensinergikan kebutuhan daerah (needs analysis) kedalam materi pembelajaran, bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan daerah dan menghadapi persaingan global serta sebagai landasan dalam menjawab tantangan di era kerjasama perekonomian seluruh kawasan Asia Pasifik (Asia Pacific Economic Corporation) pada tahun 2020 mendatang.
Berdasarkan permasalahan di atas dapat diidentifikasi permasalahn penelitian ini, yakni: (1) rendahnya kualitas penguasaan bahasa Inggris perlu penganan serius oleh pemerintah daerah, (2) pembelajaran bahasa Inggris di sekolah belum mengacu pada pengembangan materi yang mendukung pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata sebagai sumber andalan pendapatan daerah, (3) kekurangsadaran stakeholders pendidikan dalam mensinergikan silabus dengan kepentingan daerah. Hal ini dapat dilihat akhir standardized tests seperti: UUB, UNAS, dan penggunaan materi TOEFL sebagai alat ukur kemampuan dan bukan pada proses pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dengan system penilaian berbasis kelas (classroom-based assessment) sebagaimana digariskan dalam Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003: 17).
Perumusan Masalah
Agar kota Yogyakarta memiliki SDM berkualitas untuk menghadapi APEC tahun 2020, system pendidikan termasuk bahasa Inggris, harus dibenahi. Pemerintah daerah layak mendukung usaha inovasi yang terutama diarahkan pada peningkatan mutu pembelajaran yang relevan dengan analisis kebutuhan daerah.
Berdasarkan prioritas penyelesaian permasalahan yang ada, penelitian ini difokuskan pada materi pembelajaran bahasa Inggris di SMA 7, 8, 11, BOPKRI 1, dan Stella duce 1,
yogyakarta. Permasalahan yang dikaji adalah: Apakah materi pembelajaran bahasa Inggris di SMA relevan dengan pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata Kota Yogyakarta? Berikut adalah perumusan permasalahannya:
1. bagaimanakah materi pembelajaran bahasa Inggris dan evaluasinya di SMA 9yang sinergis dengan dimensi-dimensi: kurikulum yang berlaku, tujuan pembelajaran, model silabus, jenis dan fungsi materi, peran guru dan siswa, dan relevansinya dengan kebutuhan daerah)?
2. sejauhmana usaha guru bahasa Inggris SMA dalam mengembangkan materi pembelajarannya?
3. bagaimanakah kesepakatan para guru dalam merelevansikan materi pembelajaran dan evaluasinya dengan pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata Kota Yogyakarta?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang: (1) materi pembelajaran bahasa Inggris dan evaluasinya di SMA, (2) usaha para guru dalam mengembangkan materi pembelajarannya, (3) kesepakatan para guru dalam merelevansikan materi pembelajaran dan evaluasinya dengan pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata Kota Yogyakarta.
Metode Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA 7, 8, 11, BOPKRI 1, dan SMA STECE 1 Yogyakarta. Adapun waktu penelitiannya adalah pada bulan September hingga akhir November 2005.
B. Populasi dan Sample
Penelitian ini tidak menggunakan istilah populasi dan sample, namun objel dan subjek penelitian. Objek penelitian ini adalah materi ajar bahasa Inggris, sedangkan sejumlah dua belas orang guru bahasa Inggris adalah narasumber (key informants)-nya.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan multiple-sites case study (studi kasus multi-situs). Berdasarkan
batasan beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa studi kasus memiliki empat ciri
utama, yaitu: (1) sasaran studinya berupa manusia, peristiwa, latar, system,
peran, atau dokumen, (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam
sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar dan konteksnya dan bertujuan untuk
memahami berbagai kaitan yang ada diantara variable-variabelnya, (3) kajiannya
menyangkut masa lalu dan keadaan sekarang dari sasaran penelitian, dan (4)
datanya didapat dari semua sumber yang dapat digali (Bogdan dan Biklen, 1992:
58; Cohen dan Manion dalam Arid an Sunyoto, 1997: 4; Yin, 1987: 23). Kelima SMA
dalam penelitian ini adalah multi-situs kajian.
D. Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel penelitian ini adalah: (1) materi pembelajaran bahasa Inggris (yang sinergis dengan: kurikulum yang berlaku, tujuan pembelajaran, model silabus, jenis dan fungsi materi dalam kegiatan pembelajaran, peranan guru, dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan relevansi materi pembelajaran dan evaluasinya dengan kebutuhan Kota Yogyakarta), (2) usaha guru dalam mengembangkan materi, (3) kesepakatan guru untuk merelevansikan materi ajar dan evaluasinya dengan pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata Kota Yogyakarta.
Instrumen penelitian ini adalah: (1) peneliti, berfungsi sebagai alat pengumpul data, (2) observasi, yang dilakukan langsung terhadap materi yang digunakan oleh masing-masing guru bahasa Inggris pada masing-masing sekolah, (3) dokumentasi berupa kurikulum dan silabusnya, scenario pembelajaran, dan buku teks yang dipakai, dan (4) wawancara mendalam (in-depth interview), antara peneliti dan nara sumber.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan: (1) mengumpulkan hasil pengamatan, (2) mengumpulkan dokumen berupa silabus, scenario pembelajaran (RP/SP), daftar tugas, dan buku teks yang digunakan, dan (3) mengumpulkan hasil wawancara mendalam dengan para guru untuk mendapatkan kejelasan mengenai jenis dan fungsi materi pembelajaran yang digunakan di SMA.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Materi Ajar Bahasa Inggris di SMA Kota Yogyakarta
Ada enam dimensi temuan penelitian: (1) kurikulum yang berlaku, (2) tujuan pembelajaran, (3) model silabus, (4) jenis dan fungsi materi pembelajaran dalam kegiatan belajar dan mengajar, (5) peran guru dan siswa dalam KBM (Kegiatan Belajar dan Mengajar), dan (6) relevansi materi pembelajaran dan evaluasinya dengan kebutuhan daerah (Richards, 2001: 247) berikut adalah penjelasan masing-masing dimensi.
2. Usaha Guru dalam Mengembangkan Materi Pembelajarannya
Dari sejumlah data (berupa dokumen seperti materi ajar, silabus, rencana pembelajaran, dan wawancara) yang diperoleh di lokasi penelitian ternyata, dari 12 narasumber yang berhasil diwawancarai, hanya ada tiga guru yang secara tidak disadari telah berperan serta melestarikan budaya dan mengembangkan pariwisata melalui materi ajar, dua diantaranya sudah memfokus ke arah pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata DIY dan Joglosemar. Guru tersebut menggunakan sumber otentik berupa buku 'Indonesia Travel Planner' yang didapat dari Kementrian Budaya dan Pariwisata (The Minister for Culture and Touroism of The Republic of Indonesia) yang di dalamnya ada bagian yang merujuk Yogyakarta dan situs 'Joglosemar”. Ada juga guru yang mengembangkan budaya global melalui buku drama berjudul “Lorna and John (A play about relationship between the sexes to read, discus and develop)' buah David Wolker (1982) yang diajarkan dengan metode role-playing.
3. Strategi/Langkah-langkah Guru dalam Merelevansikan Materi Pembelajaran dan Evaluasinya dengan Kebutuhan Kota Yogyakarta
Hasil wawancara dan dokumen yang ada menunjukkan bahwa ada lima guru yang cukup kreatif dengan meminta siswa mencari materi mereka sendiri untuk kemudian didiskusikan atau dilaporkan dalam bentuk karya tulis pendek untuk mengembangkan ketrampilan membaca, menulis, dan berbicara. Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran CTL (Contextualized Teaching and Learning) sebagaiman dituntut oleh KBK, dan identik dengan konsep pembelajaran TBLT atau Task-Based Language teaching (Richards and Rodgers, 2001: 223-241). Tujuh orang narasumber lainnya, tidak dapat menunjukan dokumen-dokumen yang diminta secara lengkap. Mereka bisa menunjukan materi ajar yang berupa buku teks, tetapi tidak dapat menunjukkan silabus dan scenario pembelajaran. Ada yang dapat menunjukan silabus, tetapi belum tahu isinya.
Kesimpulan
Simpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, semua SMA (lokasi penelitian) Kota Yogyakarta telah memberlakukan Kurikulim 2004 (KBK), meskipun belum semua guru menerapkan secara murni dan konsekuen, yang disusun berdasarkan rambu-rambu KBK. Hampir semua guru memanfaatkan sumber yang sama, yaitu : 'Headlight' dan 'Liked to the World'.
Kedua ,tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SMA adalah agar siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris secara ri'il, alami, sesuai dengan kehihupan sehari-hari. Kemampuan Bahasa Inggris tersebut nampak pada kemampuan mereka dalam berpendapat, baik secara lisan maupun tertlis.
Ketiga, model silabus yang digunakan di SMA Kota Yogyakarta adalah silabus berbasis kompetensi (Competency-based Syllabus), bukan lagi silabus tematik pada kurikulum 1994 yang lal. Materi pembahasan bukan ditekankan pembahasan bukan ditekankan pada pengembangan tema, melainkan pada penguasaan kompetensi berbahasa, baik secara integrative maupun terpisah. Pembangun unsur berbahasa yaitu:struktur, kosakata, lafal,dan ejaan menyatu ke dalam ketrampilan berbahasa yang sedang dikembangkan.
Keempat, jenis materi pembelajaran yang digunakan berupa (a.) tugas/tagihan, baik yang diambil dari buku teks maupun dari media massa (handouts) dan (b.) alam/benda-benda disekitar. Fungsi materi ajar tersebut adalah sebagai sarana penunjang untuk memperoleh pengalaman belajaran.
Kelima, peran guru adalah sebagai faslitator pembelajaran, menyampaikan tugas, memotifasi, mengontrol kegiatan, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa. Sedangkan peran siswa adalah melaksanakan semua tugas yang dibebankan guru termasuk mencari materi pembelajaran sebagaiman adilakukan oleh tiga orang guru,( Guru W, aguru Ch, dan Guru N) dilokasi yang berbeda.
Keenam, hanya ada satu orang guru yang secara sadar mengembangkan menyang kut kedua aspek kebutuhan Kota. Tujuannya adalah demi memperkenaklan budaya jawa dan objek/kawasan wisatanya melalui siswa yang mayoritas berasal dari luar Yogyakarta. Prosedurnya adalah: (a) mengajak siswa untuk memperoleh materi mereka sediri melalui majalah, surat kabar, dan internet, (b) menugaskan siswa menuliskan laporan singkat tentang materi yang diperoleh ,dan (c) melaporkan hasilnya dalam suatu presentasi di depan kelas. Evaluasi pembelajaranya dilakukan dengan cara mengamati proses dan hasil pembelajaran, yang dapat dilakukan baik secara individu maupum kelompok.
Dari keenam dimensi diatas, hanya ada lima dimensi yang nyata-nyata telah dilakukan oleh semua guru, dan relative sesuai dengan konsep KBK, namun demikian, dimensi keenam yaitu relevansi materi ajar dengan kebutuhan Kota Yogyakarta dalam kedudukan sebagai 'Kota Budaya' dan kota Pariwisata hanya (secara sengaja) dilakukan oleh seorang guru. Dengan kata lain, materi pembelajaran bahasa inggris SMA belum relevan dengan pelestarisan budaya dan pengembangan pariwisata Kota Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar