1. Pengarang : Isnaini Muallisin, SIP
Metodologi Penelitian
1. Community-
Bassed Tourism (CBT)
Adapun definisi CBT adalah pariwisata yang menyadari kelangsungan budaya, sosial, dan lingkungan. Bentuk pariwisata ini dikelola dan dimiliki oleh masyarakat untuk masyarakat, guna membantu para wisatawan untuk meningkatkan kesadaran mereka dan belajar tentang masyarakat dan tata cara hidup masyarakat lokal (local way of life). Dengan demikan, CBT sangat berbeda dengan pariwisata massa (mass tourism). CBT merupakan model pengembangan pariwisata yang berasumsi bahwa pariwisata harus berangkat dari kesadaran nilai-nilai kebutuhan masyarakat sebagai upaya membangun pariwisata yang lebih bermanfaat bagi kebutuhan, inisiatif dan peluang masyarakat lokal (Pinel: 277) CBT bukanlah bisnis wisata yang bertujuan untuk memaksimalkan profil bagi para investor.
CBT lebih terkait dengan dampak pariwisata bagi masyarakat dan sumber
daya lingkungan (environmental resources).CBT lahir dari strategi pengembangan
masyarakat dengan menggunakan pariwisata sebagai alat untuk memperkuat
kemampuan organisasi masyarakat rural/lokal.
Konsep CBT mempunyai prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai tool of community development bagi masyarakat lokal, yakni:
- Mengakui, mendukung dan mempromosikan pariwisata yang dimiliki masyarakat,
- Melibatkan anggota masyarakat sejak awal pada setiap aspek,
- Mempromosikan kebanggaan masyarakat,
- Meningkatkan kualitas hidup,
- Menjamin sustanbilitas lingkungan,
- Memelihara karakter dan budaya lokal yang unik,
- Membantu mengembangkan cross-cultural learning,
- Menghormati perbedaan-perbedaan kultural dan kehormatan manusia,
- Mendistribusikan keuntungan secara adil di antara anggota masyarakat,
- Menyumbang prosentase yang ditentukan bagi income proyek masyarakat.
2. Model Pengembangan CBT
Buku, riset, dan survey tentang pelibatan masyarakat dalam pariwisata atau community-bassed tourism telah banyak dilakukan. Ketertarikan terhadap partisipasi masyarakat dalam dunia pariwisata tampaknya berakar di Amerika awal 1970-an. Gunn (1972: 66) mengkampanyekan penggunaan forum bersama yang dihadiri oleh pemimpin masyarakat, konstituen, perancanag pariwisata yang diharapkan. Gunn berpendapat bahwa keuntungan dari community approach yang diadvokasikannya dapat bermanfaat bagi penduduk dan para pengunjung.
Model pendekatan masyarakat (community approach) menjadi standar baku bagi proses pengembangan pariwisata di daerah pinggiran, dimana melibatkan masyarakat didalamnya adalah faktor yang sangat penting bagi kesuksessan produk wisata. D'amore memberikan guidelines model bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, yakni;
- Mengidentifikasi prioritas pembangunan yang dilakukan penduduk lokal (resident)
- Mempromosikan dan mendorong penduduk lokal
- Pelibatan penduduk lokal dalam industri
- Investasi modal lokal atau wirausaha sangat dibutuhkan
- Partisipasi penduduk dalam event-event dan kegiatan yang luas
- Produk wisata untuk menggambarkan identitas lokal
- Mengatasi problem-problem yang muncul sebelum pengembangan yang lebih jauh
Supaya pelaksanaan CBT dapat berhasil dengan baik, ada elemen-elemen CBT yang musti diperhatikan, yakni:
- Sumberdaya alam dan budaya,
- Organisasi-organisasi masyarakat,
- Manajemen,
- Pembelajaran (Learning).
2. Pengarang : Prapti Karomah, Marwati dan Kapti Asiatun
Metodologi
Penelitian
A. Lokasi dan
Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat sekitar lembah Code, sedang pelaksanaan penelitian dikakukan di sanggar belajar yang berada di Yogya Studi Center Kotabaru Yogyakarta. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah dengan pertimbangan bahwa :
1) Masyarakat sekitar lembah sungai code dikategorikan dalam kelompok masyarakat miskin dan belum memiliki pekerjaan tetap,
2) Saat ini ada paguyuban yang memudahkan pencarian data dalam penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan antara 4-5 bulan, bulan Agustus sampai Desember 2005.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yakni menghimpun fakta atau data yang dapat mengungkap keadaan yang ada dan dialami oleh subyek penelitian.
C. Populasi dan sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga di sekitar sungai code Yogyakarta yang tergolong warga miskin untuk menentukan sampel dengan tujuan dapat mewakili populasi secara representative digunakan teknik purposive random sampling, dengan criteria; sebagai anggota sebagai berikut : (1) anggota paguyuban, (2) belum mempunyai pekerjaan tetap (3) usia 13-40 tahun, berminat untuk diberi pelatihan, sanggup mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diberikan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Metode Pengamatan (observasi)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi fisik dan geografis daerah penelitian yang termasuk wilayah sekitar code.
2. Metode wawancara
Dalam penelitian menggunakan wawancara bebas terpimpin yang berarti menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, tetapi daftar pertanyaan tersebut tidak mengikat jalannya wawancara.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi instrument utama adalah peneliti sendiri.Dalam hal ini kedudukan peneliti sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penafsir data dan pelapor hasil penelitian.
F. Validitas Instrumen
Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan:
Trianggulasi data yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut. Desa ini (1978; dalam Berg,1989: Moleong, 2000) membedakan empat macam trianggulasi, yaitu dengan sumber, metode, penyidik dan teori. Adapun yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah trianggulasi dengan menggunakan sumber dan metode.
Untuk mengetahui validitas instrument dalam penelitian ini digunakan pendapat ahli (expert judgment). Expert yang dipilih adalah pimpinan paguyuban, Pembina Joga Studi centre dan ketua kelompok paguyuban. Menurut Expert pedoman wawancara dikatakan valid untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.
3. Pengarang : Dra.Hermayati,S.Pd,M.Pd.
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA 7, 8, 11, BOPKRI 1, dan SMA STECE 1 Yogyakarta. Adapun waktu penelitiannya adalah pada bulan September hingga akhir November 2005.
B. Populasi dan Sample
Penelitian ini tidak menggunakan istilah populasi dan sample, namun objel dan subjek penelitian. Objek penelitian ini adalah materi ajar bahasa Inggris, sedangkan sejumlah dua belas orang guru bahasa Inggris adalah narasumber (key informants)-nya.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan multiple-sites case study (studi kasus multi-situs).
Berdasarkan batasan beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa studi kasus memiliki
empat ciri utama, yaitu: (1) sasaran studinya berupa manusia, peristiwa, latar,
system, peran, atau dokumen, (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara
mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar dan konteksnya dan
bertujuan untuk memahami berbagai kaitan yang ada diantara variable-variabelnya,
(3) kajiannya menyangkut masa lalu dan keadaan sekarang dari sasaran
penelitian, dan (4) datanya didapat dari semua sumber yang dapat digali (Bogdan
dan Biklen, 1992: 58; Cohen dan Manion dalam Arid an Sunyoto, 1997: 4; Yin,
1987: 23). Kelima SMA dalam penelitian ini adalah multi-situs kajian.
D. Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel penelitian ini adalah: (1) materi pembelajaran bahasa Inggris (yang sinergis dengan: kurikulum yang berlaku, tujuan pembelajaran, model silabus, jenis dan fungsi materi dalam kegiatan pembelajaran, peranan guru, dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan relevansi materi pembelajaran dan evaluasinya dengan kebutuhan Kota Yogyakarta), (2) usaha guru dalam mengembangkan materi, (3) kesepakatan guru untuk merelevansikan materi ajar dan evaluasinya dengan pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata Kota Yogyakarta.
Instrumen penelitian ini adalah: (1) peneliti, berfungsi sebagai alat pengumpul data, (2) observasi, yang dilakukan langsung terhadap materi yang digunakan oleh masing-masing guru bahasa Inggris pada masing-masing sekolah, (3) dokumentasi berupa kurikulum dan silabusnya, scenario pembelajaran, dan buku teks yang dipakai, dan (4) wawancara mendalam (in-depth interview), antara peneliti dan nara sumber.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan: (1) mengumpulkan hasil pengamatan, (2) mengumpulkan dokumen berupa silabus, scenario pembelajaran (RP/SP), daftar tugas, dan buku teks yang digunakan, dan (3) mengumpulkan hasil wawancara mendalam dengan para guru untuk mendapatkan kejelasan mengenai jenis dan fungsi materi pembelajaran yang digunakan di SMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar